PENTINGNYA SILATURRAHIM

FAIUNIKARTA.AC.ID – Pembaca yang Budiman… adakah kita sadari perubahan yang terjadi pada diri kita sekalian, setelah masuknya WhatsApp Facebook dan Instagram.

Betapa hati kita keras bagaikan batu karena mungkin seringnya kita mendapatkan video-video kekerasan dan tayangan-tayangan menakutkan yang di-share oleh teman dapat merubah hati kita menjadi begitu keras bagaikan batu.

Kenapa kita mudah terpecah belah dan begitu gampangnya memutuskan tali silaturahim? Ternyata itu semua tidak lepas dari pengaruh media sosial yang katanya mempermudah segala hal sehingga silaturahim zaman sekarang cukup dengan saling mengucapkan salam sapa di jejaring sosial, cukup menggerakkan 2 (dua) jari kita saja…seakan sudah bertemu setiap hari.

Tidak lagi mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Baginda Rasulullah SAW, yakni saling mengucapkan salam, berjabat tangan ataupun saling mengunjungi satu dengan lainnya sebagai teman ataupun kerabat yang lama tidak berjumpa, artinya kita perlu bertemu atau silaturahim secara fisik saling mengingatkan, saling menasehati dan juga saling mendoakan.

Tanpa kita sadari kita sering mengghibah meskipun kita tidak duduk atau berbicara dengan seorangpun… karena berita-berita hoax yang belum tentu kebenarannya kita terima mentah- mentah untuk diteruskan tanpa kita fikirkan terlebih dahulu langsung kita share dan kita bagi dengan teman-teman kita yang lain.

Tanpa kita sadari pula banyak melakukan dosa termasuk mengghibah saudara-saudara kita lainnya, disadari atau tidak saat ini kita sudah menjadi pencandu media sosial, saat makan…saat berkumpul dengan keluarga…di saat menyetir…bahkan disaat kita sedang buang hajat terkadang tangan kita tidak pernah terlepas dari handphone yang kita miliki untuk tujuan update status dan melihat berita-berita kekinian.

Akibatnya anak-anak kita pun kehilangan haknya untuk mendapatkan perhatian… teman kita ngumpul kehilangan haknya untuk mendapatkan komunikasi yang baik… keluarga kita, orang tua kita, mereka terkadang kita abaikan di saat kita asyik dengan gadget canggih yang ada di tangan, sesaat saja HP tertinggal kita merasa begitu kehilangan, sangat jauh berbeda sekali kalau seandainya kita tertinggal qiroatul Quran atau ketinggalan sembahyang.

Inilah mungkin yang disebut Al imam Su’ud Al Haramain “Ghazwul Fikr” yakni perang pemikiran, di mana fikiran kita dirusak oleh berbagai macam sistem yang dapat mencuci otak kita yang merusak akal cerdas kita sehingga kita tidak lagi ingat kepada Allah untuk beribadah justru kita mengingat sesuatu yang dapat melupakan Allah SWT.

Manusia dalam Al-Quran disebutkan bermacam-macam adakalanya disebut “al-Insaan” dilihat dari segi kecerdasannya karena tidak bisa dipungkiri makhluk yang bernama manusia memiliki kecerdasan yang lebih dibanding makhluk-makhluk lainnya, dia bisa bermetamorfosa menjadi lebih baik dibanding makhluk makhluk lainnya.sebaliknya makhluk selain manusia dia jauh ketinggalan dari segi perkembangan.

Kemudian di lain sisi manusia juga disebut dengan “al-Basyar” dari sisi makhluk biologis yang memiliki kecenderungan hidup berpasang-pasangan seperti laki-laki menyukai pasangannya seorang perempuan demikian pula sebaliknya, di lain tempat manusia juga disebut “Abdun” dilihat dari posisinya sebagai hamba Allah subhanahu wa ta’ala yang mengabdi maka hamba dalam pengertian disini adalah yang berada di bawah, artinya ketika kita memposisikan diri sebagai hamba maka kita di bawah dan ada yang mengatasi kita di atas.

Kemudian di lain waktu Allah menyebut manusia dengan sebutan an-Naas, artinya makhluk sosial yang saling memerlukan antara satu dengan lainnya, makhluk tersebut tentunya tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dan pertolongan dari orang lain maka dia disebut an-Naas dari sisi saling ketergantungan dengan manusia lainnya.

Hamba Allah yang beriman… berbicara tentang makhluk manusia dari sisi sosial (memerlukan bantuan dari manusia atau makhluk lainnya) di sinilah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam satu ketika bersabda :

من احب ان يبسط له في رزقه وان ينساله في اثره فليصل رحمه

artinya: barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya oleh Allah juga dipanjangkan umurnya maka sambungkanlah tali silaturahim atau tali persaudaraan (Muttafaq ‘Alaih)

Hadis rasul tersebut sangatlah berkaitan erat dengan pengertian manusia yang disebut an-Naas dalam Alquran karena saling ketergantungan dengan manusia lainnya maka dari itulah Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan nasehat bahwasanya kalau kita ingin diluaskan rezeki dan ingin dipanjangkan umur maka rajin rajinlah kita bersilaturahim.

Dengan banyak bersilaturahim maka akan banyak menambah teman demikian pula dengan banyaknya jalinan pertemanan maka peluang usaha dan pintu-pintu rizqi akan terbuka, karena di antara sekian banyak kawan yang kita selalu bersilaturahim kepadanya, pasti ada saja celah atau jalan untuk kita melakukan bisnis ataupun usaha.

Namun sebaliknya seseorang yang memutus silaturahim atau tidak suka saling mengunjungi satu dengan lainnya maka yakinlah dan buktikan sendiri dia dipastikan tidak memiliki teman relasi dan hubungan kerja yang baik, maka peluang dan pintu-pintu usaha tidak akan dia dapatkan karena menutup diri atau tidak mau menyambung silaturahim.

Dalam hadits lain Rasulullah mengancam dengan keras terhadap mereka yang tidak mau bahkan memutuskan silaturrahim sebagaimana dalam sabdanya :

لن يدخل الجنه قاطع الرحيم

Tidak akan pernah masuk surga seseorang yang memutuskan tali silaturahim atau persaudaraan (Muttafaq ‘Alaih)

Semoga dengan kita sering bersilaturahim maka apa yang dikatakan oleh baginda Rasul baik itu Rizki kita atau umur kita Rizki akan diluaskan Allah ta’ala kemudian umur akan diberikan nikmat panjang umur sehingga bisa tetap beribadah kepada Allah dengan tenang dan kemudian ketika berakhir menghadap Allah juga dalam keadaan tenang.

wallahu A’lam

Oleh : Sofian Efendi, S.Ag,. M.Pd

Dosen

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *