PUASA RAMADHAN MELATIH SISI KEMANUSIAAN

FAIUNIKARTA.AC.ID

Oleh: Akhmad Riadi*

Ibadah puasa yang kita lakukan pada bulan Ramadhan 1443 H ini mudah-mudahan dapat menjadi wasilah (perantara) kita meraih ampunan Allah SWT atas berbagai dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan. Sebagaimana sabda Nabi SAW, Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan ihtisab (yakni sikap introspeksi diri atas dosa dan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan), maka ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Bulan Ramadhan yang penuh ampunan dan magfirah sebaiknya dapat kita maksimalkan untuk meningkatan kuantitas dan kualitas nilai ibadah kita dibandingkan dengan nilai-nilai ibadah di luar bulan Ramadhan. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Seluruh amal kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya. Setiap satu kebaikan akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali lipat. Hingga Allah berfirman, ‘Kecuali puasa, karena itu adalah urusan antara Aku dan hamba-Ku. Akulah yang akan langsung membalasnya. Lantaran mereka telah benar-benar meninggalkan keinginan syahwat dan makananannya semata-mata karena Aku.” (HR. Imam Muslim).

Puasa Ramadhan yang dilaksanakan oleh umat Islam tentunya tidak hanya sekedar meninggalkan makan, minum, dan hal-hal lainnya yang secara hukum fikih dianggap membatalkan puasa. Tidak hanya itu saja. Yang paling urgen dari pelaksanaan puasa adalah menjaga hati dan anggota tubuh kita dari perangsang dan perbuatan-perbuatan tercela dan dosa.

Hati yang selalu terpaut dengan nilai-nilai ruhiyah yang akan mengantarkan manusia dalam kedamaian, ketenangan, dan kebahagian. Untuk mencapain nilai-nilai ruhiyah maka perlu ditopang oleh anggota tubuh, lisannya tidak berkata dusta, tidak mengucapkan sesuatu yang kotor ataupun tercela, tidak menebarkan fitnah ataupun hasut, tidak memutarbalikkan fakta atau meyakinkan orang lain dengan berita yang mengada-ada demi kepentingan kelompok ataupun kepentingan pribadi. Perutnya juga harus dijaga dari segala jenis makanan dan minuman yang haram dan mengisinya dengan makanan dan minuman yang baik dan halal. Ayunan gerak dan langkah kakinya berjalan ke jalan yang dirahmati dan diridhai oleh Allah SWT. Demikian pula pikirannya, harus benar-benar dijaga dari prasangka-prasangka buruk (su’udzan), baik terhadap Allah maupun terhadap sesama manusia.

Ibadah puasa pada bulan Ramadhan benar-benar melatih umat manusia yang beriman untuk menjaga diri dari aspek sisi kemanusiaan yang paling fitri dan hakiki, agar terhindar dari sifat-sifat baha’imiyah (sifat hewan ternak, seperti rakus, tamak, dan serakah dalam mengejar orientasi dan kepentingan-kepentingan duniawi), juga sifat sabu’iyah (sifat binatang buas, yakni sifat untuk selalu merasa benar dan menang sendiri, meskipun dengan cara menindas dan menzalimi orang lain), lebih-lebih sifat syaithoniyah yang senantiasa ingkar kepada Tuhannya.

Rasulullah SAW  bersabda, “Betapa banyak orang yang berpuasa tetapi hasil yang diperoleh dari ibadah puasanya hanya lapar dan dahaga, dan betapa banyak orang yang terjaga di malam hari namun tidak menghasilkan apa-apa selain hanya begadang tanpa makna”. (HR. Ibnu Majah).

Sudah menjadi keharusan bagi kita untuk senantiasa menjaga hati dan segenap sikap serta perilaku kita selama bulan suci Ramadhan, agar apa yang telah difirmankan Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 182 dapat tercapai, yakni menjadi insan yang muttaqin.

Sebagai penutup, kiranya perlu kita hayati bersama salah satu nasehat yang dikemukakan oleh Jabir bin Abdillah bin ‘Amr al-Anshari as-Salami RA (wafat 74 H), salah seorang sahabat Nabi dari kalangan Anshor, yang selama hidupnya pernah meriwayatkan tak kurang dari 1.540 hadits Nabi. Beliau menyatakan, “Apabila engkau berpuasa, maka puasakan juga pendengaranmu, penglihatanmu, lisanmu, dari hal-hal yang haram. Jangan menyakiti tetangga. Jangan melukai perasaan orang lain. Jadilah orang yang lemah lembut dan tenang pada saat engkau berpuasa. Jangan jadikan saat-saat puasamu dan saat-saat kamu tidak puasa menjadi dua hal yang tidak ada bedanya.”

Kita memohon kepada Allah SWT, semoga kita diberikan kesehatan, kelapangan waktu untuk selalu menebar kebaikan, kelapangan rezeki untuk dapat berbagi, kelapangan hati untuk menerima dan memaafkan, semoga bermanfaat dalam menjalankan aktifitas pada bulan Ramadhan 1437 H dan kita berharap agar kita termasuk orang-orang yang yang bertakwa. (*Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Kutai Kartanegara)

Link : Sintesanews.id

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *