BAHAYA BAKHIL-KIKIR

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

اﹶلْحَمْدﹸ لله ,اﹶلْحَمْدﹸ لله ,نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيْئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ لاَ

إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحِسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّابَعْدُ:فياﹶعباداللهاتَّقُوا اللهَ

اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَا تِهِ وَلاَ تَمُو تُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. :قَالَ تَعَالَى يَآ أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مَنْ نَفْسِ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالً كَثِيْرًا وَنِسَاءَ،

وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَ لُونَ بِهِ وَالأرْحَامِ, إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوا اتَّقُواْ اللهَ وَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيْدَا, يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُو بَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ

وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمَا صَدَقَ اللَّهُ الْعَظِيمُ

 

Atas Qudrah dan Iradah Nya dibulan ………….. ini, kita masih diberikan satu kesempatan melaksanakan shalat jum’at berjama’ah dibawah naungan Iman Islam dan Ihsan, Moga-moga kita berkenan meninggalkan dunia yang fana ini dalam keadaan Khusnul Khotimah…….Amiiiin.

Sholawat dan salam juga tak lupa kita haturkan keharibaan junjungan kita Nabi Besar Muhammad ﷺ yang telah berjuang untuk Ummat Islam menuju jalan Mardotillah (yang diridoi Allah).

Imam Al Ghazali dengan karya terbesarnya Ihya “Uluumuddiin” menginventarisir berbagai watak dan karakterisik manusia yang berbahaya, satu diantaranya adalah Bakhil/ Kikir. Dikatakan demikian tentunya bukan tanpa alasan, Rasulullah mengingatkan kita untuk mewaspadai sifat yang satu ini, bila sedikit saja lengah, akibatnya sangat fatal. Gaya hidup Nafsi-nafsi (sendiri-sendiri) sekarang ini sudah menjadi trend budaya masyarakat kita.

Banyak orang lebih memikirkan kepentingan pribadi atau golongan, dibanding memperhatikan kemaslahatan bersama, si kaya makin menampakkan ketamakannya, tidak mau memberikan kail buat si miskin, yang kuat tak mau lagi berempati kepada yang lemah.

Akibatnya orang-orang lemah semakin tidak berdaya, seringkali karena tak sabar menanggung ujian, akhirnya mereka menempuh jalan pintas, banyak orang berani melakukan tindakan kejahatan dan demi sedikit kesejahteraan mereka menghalalkan segala cara, bahkan yang yang lebih parah lagi karena himpitan ekonomi mereka nekat bunuh diri karena merasa hidup sudah tak lagi berarti ditengah-tengah orang kaya yang bergelimang materi.

Ma’asyiral muslimin Rahimakumullah
Bila sifat kikir terus berkembang dan membentang luas disemua lini kehidupan, maka dapat dibayangkan betapa semakin kacaunya kehidupan dunia ini. Islam datang memberikan solusi, untuk meredam gejolak sosial yang dikhawatirkan, agama Islam telah mensyari’atkan sedekah. Bila kesadaran berzakat, berinfaq dan bersedekah membudaya, tentu saja berbagai kesenjangan sosial tidak harus terjadi.

Ma’asyiral muslimin Rahimakumullah
Berangkat dari permasalahan inilah, sejak awal Islam mencanangkan anti sifat Bakhil/ Kikir. Untuk menghindari sifat buruk tersebut Hujjatul Islam Al-Ghazali memberikan jalan keluarnya:

Pertama : Dzikrul Maut/ mengingat kematian, Dengan mengingat akhirat, seseorang akan terhindar dari sikap tamak dan serakah dari harta dunia. Keimanan yang kuat mengantarkan setiap kita kepada kesadaran agama, bahwa hidup ini hanyalah sementara, yang terpenting dan utama adalah mempersiapkan bekal menuju akhirat yang baqa atau kekal selama-lamanya, firman Allah:

وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْأُولَىٰ

Dan Sesungguhnya hari Kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan) [ Ad-dhuha/93 : 4].

Ma’asyiral muslimin Rahimakumullah
Yang kedua : Dermawan, Sifat kikir dalam jiwa seseorang berangkat dari ego yang berlebihan, orang sering memikirkan diri sendiri tanpa pernah merasa bahwa hidupnya juga memerlukan bantuan orang lain sebagai makhluk sosial, dan dengan menyadari bahwa di dalam rezeki kita terdapat hak orang lain, akan dapat menghilangkan sifat kikir.

Yang ketiga : Tafaqquh Fiddin / memahami agama secara benar, orang kerap kali merasa tidak bersalah bila dirinya dihinggapi sifat kikir. Karena beranggapan bahwa semua rezeki yang diusahakan adalah hasil jerih payahnya sendiri,peran rahmat Allah dicampakkan, bantuan orang lain pun dikesampingkan, akibatnya dia menganggap orang lain yang membutuhkan pertolongannya tidak mempunyai hak dari hartanya.

Dalam Islam harta yang kita miliki hanyalah titipan, dan bila pemahaman ini dimiliki, diri kita tidak akan didominasi sifat kikir alias bakhil.

وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian [ yang tidak meminta-minta]( Azzariyat/51 : 19)

Ma’asyiral muslimin Rahimakumullah
Yang keempat: menyadari akibat buruk dari sifat bakhil. Tidak diragukan lagi, sifat bakhil alias kikir pasti akan mengundang bencana dan malapetaka bagi kehidupan manusia, dikucilkan di masyarakat dan di dalam agama disebut sebagai orang yang mendustakan agama, sebagaimana firman Allah Swt:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ۝ فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ۝وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ۝

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. ( Al-Ma’un/107: 1-3 )

Dan yang terakhir kelima: bangga dapat berbuat yang terbaik buat orang-orang lemah.

Dalam kondisi seperti ini menurut Al Ghazali seseorang itu melakukan perbuatan baik dengan ria, tapi tujuannya positif, yaitu hendak menghilangkan kekikiran, namun begitu, sifat ingin dipuji tidak boleh berkelanjutan. Setelah merasa senang memberi bantuan kepada orang lain selanjutnya alihkan perbuatan itu pada Ikhlas.

Akhirnya, kepada setiap kita diharapkan untuk selalu berharap semoga Allah menjauhkan kita dari sifat tercela dan memberikan kita kekuatan untuk menjadi figur-figur hambaNya yang dapat menjalankan segala AmanahNya, dengan sebaik-baiknya dan segala amal kita diterima serta diridhoi Allah SWT Amin Ya mujiibassa’liin

أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

 

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ۝ فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ ۝ وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ ۝ فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ ۝ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ ۝ الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ

۝ وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ ۝

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, Orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang berguna.( Al-Ma’un/107: 1-7 )

H.Sofian Efendi, S.Ag., M.Pd

Dosen

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *