ANCIESE FAI Unikarta Diharapkan Mendorong Pendidikan Islam di Kukar Menghasilkan SDM Unggul

Tenggarong – Asisten II bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten (Setda Kab) Kutai Kartanegara (Kukar) Ahyani Fadianur Diani menghadiri The Ist Annual Conference on Islamic Education and Sharia Economy (ANCIESE) 2025 Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta), Selasa (18/11) di Pendopo Wakil Bupati Kukar.

Hadir pada acara itu Unsur Forkopimda Kukar, Anggota DPRD Kukar, Organisasi Perangkat Daerah, Kemenag Kukar, Satgas BPJPH Kaltim, Perwakilan BI Kaltim,Keynote Speaker Prof. Dr. Eva Latipah, S.Ag., S.Psi., M.Si. (Ketua Umum PPPAII / Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), Plenary Speaker Prof. Dr. Muhammad Nasir, M.Ag. (Pakar Kurikulum PAI / Guru Besar UIN Sultan AM. Idris Samarinda), Plenary Speaker Prof. Dr. Hj. Darmawati, M.Hum. (Pakar Ekonomi Syariah / Guru Besar UIN Sultan AM. Idris Samarinda), Rektor Unikarta Prof. Dr. Ir. Ince Raden, M.P beserta jajaran Rektorat, para Dekan, DMI Kukar, Kepala Sekolah Mitra FAI Unikarta, Perbankan dan organisasi mahasiswa serta undangan lainnya.

Pada acara itu juga dilakukan pengukuhan Lembaga Pendamping Proses Produk Halal Unikarta, dan Ikatan Keluarga Alumni FAI Unikarta oleh Rektor Unikarta Prof Ince Raden disaksikan Asisten II Ahyani fadianur.

Ahyani menyampaikan sambutan Bupati dr Aulia Rahman Basri mengatakan Pemkab Kukar menyambut gembira kegiatan ini dan memberikan apresiasi kepada Unikarta, khususnya FAI yang telah sukses menginisiasi konferensi ilmiah ini.

Menurutnya, ANCIESE 2025 hadir untuk mewadahi pembahasan isu-isu aktual seputar Pendidikan Islam dan Ekonomi Syariah melalui paradigma pengetahuan yang integratif dan interdisipliner. Konferensi ini, diyakini akan menjadi forum strategis untuk mendorong sintesis antara ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu-ilmu modern. Dengan mempertemukan para akademisi, peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan, Saya sepakat bahwa forum ANCIESE ini berfungsi sebagai sarana curah gagasan, serta ide-ide yang solusional untuk menghasilkan temuan ilmiah yang aplikatif.

Di tengah era yang sarat dengan tantangan multidimensi, mulai dari disrupsi teknologi, pasar kerja yang dinamis, hingga tuntutan pencapaian SDGs (Sustainable Development Goals), tema “Transforming the Paradigm of Islamic Education and Sharia Economy Towards 21st Century Global Competitiveness” hadir sebagai sebuah respons yang sangat relevan dan tepat waktu.

Maka betapa mendesaknya transformasi pada dua pilar utama. Pertama, Pendidikan Islam yang dituntut untuk melakukan reorientasi kurikulum; tujuannya tidak lagi sekadar membentuk insan berakhlak, tetapi juga melahirkan SDM unggul yang adaptif, melek digital, dan siap berkontribusi. Kedua, Ekonomi Syariah harus dipercepat implementasinya. Sistem ini perlu didorong sebagai solusi alternatif yang menawarkan keadilan, etika, dan resiliensi dalam menghadapi ketidakpastian finansial global.
Bagi Kukar sebagai kabupaten yang memegang posisi strategis menjadi mitra strategis Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, pembaruan pada kedua sektor ini bukanlah pilihan, melainkan sebuah keniscayaan. Hanya melalui transformasi inilah visi pembangunan daerah yang sejahtera dan berkeadilan dapat diwujudkan.

Ia menaruh harapan besar pada konferensi ini, diharakan menghasilkan rekomendasi strategis dan inovatif yang dapat diimplementasikan untuk memastikan bahwa Pendidikan Islam di Kukar mampu menghasilkan SDM unggul, dan Ekonomi Syariah dapat menjadi pilar yang bersifat tangguh, adil, dan berkontribusi nyata pada kesejahteraan global dan lokal.

“Saya turut mendoakan semoga forum intelektual ini berjalan lancar, produktif, dan mampu melahirkan jaringan kolaborasi riset baru serta kontribusi pemikiran yang bermanfaat bagi umat dan bangsa,” demikian ujrnya. (prokom04)

Sumber : Kukar PAPER

FAI Unikarta Dorong Pembaruan Kurikulum serta Integrasi Keilmuan Lewat Konferensi Pendidikan Islam dan Ekonomi Syariah

 Fakultas Agama Islam Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) mendorong lahirnya rekomendasi strategis dari penyelenggaraan The First Annual Conference on Islamic Education and Sharia Economy yang digelar pada Selasa (18/11/2025).

Konferensi akademik perdana ini diharapkan memberi dampak nyata bagi reformasi kurikulum, penguatan kajian keilmuan, hingga pengembangan ekonomi syariah yang lebih aplikatif di tingkat masyarakat.

Hal itu disampaikan Dekan Fakultas Agama Islam Unikarta, Dr. H. Mubarak, dalam wawancara dengan media ini pada Rabu (19/11/2025).

Dia menekankan bahwa keluaran kegiatan ini tidak hanya bersifat teoretis, tetapi juga harus menghasilkan kebermanfaatan langsung bagi daerah dan masyarakat.

“Kontribusi keilmuan ini sejalan dengan harapan kita untuk membawa dampak positif, baik pada bidang pendidikan Islam maupun ekonomi syariah. Kita ingin ada jembatan yang memungkinkan ilmu yang berkembang di kampus ini bisa dikontribusikan langsung kepada masyarakat,” jelasnya.

Dr. H. Mubarak menyebut bahwa perkembangan teknologi digital harus menjadi arus utama perubahan dalam pendidikan Islam.

“Di era digital ini, sarana edukasi harus menyesuaikan. Termasuk penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran di pendidikan Islam,” ungkapnya.

Sementara di sektor ekonomi syariah, ia menegaskan perlunya kolaborasi dengan lembaga-lembaga pengembangan keuangan dan bisnis syariah.

“Kita ingin ada koneksi yang kuat antara kampus dengan pengembangan syariah. Harapannya ada benang merah yang bisa dikembangkan ke arah penguatan ekonomi syariah di masyarakat,” tambahnya.

Dr. H. Mubarak menyoroti pentingnya mengintegrasikan ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu modern.

“Ilmu keislaman tidak boleh dianggap jenuh. Ilmu modern harus bisa berkontribusi dan bersatu dengan ilmu keislaman,” tegasnya.

Dia menjelaskan bahwa pasca konferensi, fakultas akan mendorong beberapa langkah strategis:

Pertama, di bidang pendidikan Islam: Reorientasi kurikulum berbasis local wisdom dan modernisasi metode ajar, penguatan materi belajar dan berkurang serta budaya Islam Kutai sebagai muatan lokal, serta tahun 2026, FAI akan mengajukan kurikulum baru untuk Prodi PAI sebagai bagian dari pembaharuan akademik.

“Kita ingin menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Islam tidak hanya untuk kalangan muslim, tapi nilai-nilainya universal dan dapat diterapkan lebih luas,” jelasnya.

Kedua, di bidang Ekonomi Syariah: Pembentukan kemitraan strategis dengan instansi pemerintah, khususnya LPP3 dan lembaga penjaminan halal; dorongan implementasi standar halal dalam penyembelihan dan produk pangan, serta sosialisasi dan penguatan Prodi Ekonomi Syariah kepada publik karena masih baru berkembang.

Dr. H. Mubarak menyatakan bahwa perkembangan pendidikan agama Islam (PAI) dan ekonomi syariah di era digital menghadapi tantangan signifikan.

Namun, menurutnya, justru Islam menawarkan solusi substantif jika mampu dikembangkan secara adaptif, integratif, dan berbasis kolaborasi lintas sektor.

Menurut dia, terdapat perbedaan mendasar antara penerapan mata pelajaran PAI di sekolah umum dengan madrasah.

“Kalau di sekolah umum, PAI hanya satu mata pelajaran dan tidak boleh dibagi-bagi. Di madrasah, variannya lebih banyak sehingga pendalaman lebih luas dan fleksibel,” jelasnya.

Karena itu, menurut Dr. H. Mubarak, PAI perlu didorong agar tetap memiliki kekhasan di sekolah umum meskipun materi terbatas, sekaligus terus dikembangkan secara mendalam di madrasah. Integrasi digital juga menjadi elemen penting dalam pengajaran modern.

Dalam bidang ekonomi syariah, tantangan utama adalah kurangnya keterlibatan akademisi dalam praktik keuangan syariah.

“Bank-bank syariah lebih banyak dipahami dan dijalankan oleh praktisi perbankan. Akademisi belum banyak terlibat dalam pengembangan teknisnya,” katanya.

Ia menilai perlu jembatan kolaboratif antara akademisi, perbankan syariah, lembaga keuangan non-bank, dan lembaga zakat, termasuk pegadaian syariah.

“Ada lembaga seperti pegadaian syariah, BAZNAS, dan lainnya. Nilai-nilai Islam semestinya bisa menjangkau kebutuhan teknis masyarakat. Itu yang kita dorong ke depan,” tambahnya.

Dia mengungkapkan beberapa langkah strategis untuk penguatan pendidikan Islam dan ekonomi syariah:

Pertama, pendidikan Islam: Mendorong kekhasan PAI di sekolah umum agar tidak sekadar sebagai mata pelajaran pelengkap, pembaruan kurikulum berbasis nilai lokal dan digitalisasi pembelajaran, pengusulan kurikulum baru untuk Prodi PAI pada 2026, dan penegasan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam bersifat universal, tidak hanya untuk pemeluk agama Islam.

Kedua, Ekonomi Syariah: Penguatan kemitraan dengan instansi terkait, termasuk LP3, badan penjamin halal, dan lembaga keuangan syariah; pengenalan Prodi Ekonomi Syariah secara lebih luas, serta fokus pada penerapan langsung seperti sertifikasi halal dan standar penyembelihan syariah.

Dr. H. Mubarak memastikan konferensi tahun ini bukan akhir, tetapi awal pembentukan forum akademik berkelanjutan. Ke depan, FAI Unikarta ingin mendatangkan narasumber dari luar negeri secara langsung.

“Kemarin ada penulis prosiding dari Filipina dan negara lain, tapi baru sebatas kontribusi tulisan. Ke depan, kami berharap mereka bisa hadir sebagai pemateri utama,” ujarnya.

FAI Unikarta telah memiliki jaringan kerjasama internasional. Namun, Dr. H. Mubarak menyebut permasalahan pendanaan dan honorarium dolar masih menjadi tantangan utama. (*)

Sumber : Berita Alternatif

FAI Unikarta Gelar Konferensi Internasional ANCIESE 2025, Bahas Transformasi Pendidikan Islam dan Ekonomi Syariah di Era Digital

Tenggarong, (3/12/2025). Fakultas Agama Islam Universitas Kutai Kartanegara (FAI Unikarta) akan menggelar The 1st Annual Conference on Islamic Education and Sharia Economy (ANCIESE) pada 18 November 2025 di Pendopo Wakil Bupati Kutai Kartanegara, Jalan Wolter Monginsidi, Tenggarong.

Konferensi ilmiah tahunan ini mengangkat tema Transforming the Paradigm of Islamic Education and Sharia Economy Towards 21st Century Global Competitiveness.

Kegiatan ini menjadi wadah strategis untuk merespons tantangan global, mulai dari disrupsi teknologi, perkembangan kecerdasan buatan (AI), hingga isu keberlanjutan yang selaras dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs).

Kondisi tersebut menuntut pendidikan Islam dan ekonomi syariah untuk bertransformasi dan menghadirkan solusi berbasis nilai-nilai Islam.

Ketua panitia, Mukmin menjelaskan, Revolusi Industri 4.0/5.0 dan perkembangan AI secara fundamental mengubah struktur sosial dan ekonomi.

“Pendidikan Islam dituntut melakukan reorientasi kurikulum agar relevan dengan kebutuhan masa kini—tidak hanya fokus pada keilmuan teologis, tetapi juga mengintegrasikan kompetensi digital dan keterampilan abad ke-21,” jelasnya kepada awak media Berita Alternatif pada Senin (17/11/2025).

Di bidang ekonomi syariah, lanjutnya, tantangan terbesar mencakup rendahnya literasi keuangan syariah, kurangnya SDM profesional, serta kebutuhan inovasi sistem untuk melampaui konsep islamic window dan benar-benar menerapkan prinsip Maqashid Syariah.

Ia menyebut ANCIESE 2025 hadir untuk mempertemukan akademisi, peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan guna mendorong lahirnya gagasan baru, inovasi, dan rekomendasi strategis yang aplikatif.

Konferensi ini, jelas Mukmin, bertujuan menyediakan wadah ilmiah bagi mahasiswa, peneliti, dan akademisi di bidang Pendidikan Islam dan Ekonomi Syariah; mendorong kolaborasi riset lintas institusi; mengidentifikasi peluang integrasi nilai-nilai Islam dalam sistem pendidikan dan ekonomi kontemporer, serta menerbitkan prosiding ber-ISBN untuk artikel terpilih.

Adapun luaran kegiatan, sambungnya, mencakup terselenggaranya sesi pleno dan presentasi ilmiah berkualitas, peningkatan wawasan peserta, terbentuknya jejaring riset nasional dan internasional, hingga kontribusi rekomendasi strategis bagi sektor pendidikan Islam dan ekonomi syariah.

Konferensi ini membuka ruang diskusi untuk dua rumpun besar: Pertama, Pendidikan Islam: Kurikulum dan metodologi pembelajaran, inovasi teknologi pendidikan Islam (Edutech), manajemen lembaga pendidikan Islam, pendidikan karakter dan moderasi beragama, serta filsafat dan sejarah pendidikan Islam.

Kedua, Ekonomi Syariah: Transformasi perbankan syariah di era digital; fintech syariah, takaful, hingga pasar modal syariah; pemberdayaan ekonomi umat (ZISWAF); hukum dan tata kelola ekonomi syariah, serta ekonomi berkelanjutan perspektif syariah dan SDGs.

Sejumlah tokoh akademik terkemuka akan hadir, di antaranya Ketua Umum PPPAII, Prof. Dr. Eva Latipah (Keynote Speaker); Rektor Unikarta, Prof. Dr. Ir. Ince Raden (Welcoming Speaker); Guru Besar UINSI Samarinda, Prof. Dr. Muhammad Nasir; Guru Besar Ekonomi Syariah UINSI, Prof. Dr. Hj. Darmawati, dan Dekan FAI Unikarta, Dr. H. Mubarak.

Kegiatan akan dimulai pukul 07.30 WITA dengan registrasi peserta, dilanjutkan pembukaan, pembacaan ayat suci Alquran, sambutan Rektor, keynote speech, dan sesi pleno hingga selesai.

Mukmin mengungkapkan bahwa konferensi terbuka bagi akademisi, dosen, peneliti, mahasiswa S1-S3, praktisi, profesional, serta masyarakat umum yang memiliki minat pada isu-isu pendidikan Islam dan ekonomi syariah.

“Pemakalah merupakan peneliti yang karya ilmiahnya lolos seleksi call for papers,” pungkasnya. (*)

Sumber :  Berita Alternatif

Workshop Penyusunan RPS Berbasis OBE di FAI Unikarta Berjalan Lancar

Tenggarong, (4/9/2025). Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) sukses menyelenggarakan Workshop Penyusunan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) berbasis Outcome Based Education (OBE). Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Dekan, Wakil Dekan I, II, dan III, Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) serta Ekonomi Syariah (ES), dan seluruh dosen di lingkungan kedua program studi tersebut.

Workshop yang berlangsung penuh kekhidmatan ini menjadi momentum penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran di FAI Unikarta. Seluruh peserta aktif terlibat dalam proses penyusunan RPS yang mengacu pada prinsip OBE, dengan harapan dapat menghasilkan dokumen ajar yang relevan, inovatif, dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Dalam kegiatan ini, penyusunan RPS OBE didampingi secara langsung oleh Wakil Dekan I FAI, Bapak Habib Zainuri, M.Pd. Beliau menekankan pentingnya peran dosen dalam merancang pembelajaran yang adaptif terhadap perkembangan zaman. “Harapannya setelah dilaksanakan workshop ini, semua dosen bisa menyusun RPS sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, dan memberikan dampak positif bagi semua pengguna lulusan mahasiswa FAI Unikarta,” ungkapnya.

Lebih lanjut, beliau menambahkan bahwa workshop ini sejalan dengan kurikulum terbaru DIKTISAINTEK, yaitu kurikulum berdampak, yang tidak hanya menekankan capaian akademik, tetapi juga relevansi dan kontribusi nyata lulusan di tengah masyarakat. Dengan demikian, RPS yang disusun bukan sekadar dokumen formal, tetapi menjadi panduan nyata dalam mencetak generasi yang unggul, kompetitif, dan berdedikasi.

Melalui kegiatan ini, FAI Unikarta menunjukkan komitmen kuat dalam menghadirkan pembelajaran yang berkualitas, visioner, dan responsif terhadap kebutuhan global. Diharapkan, keberhasilan workshop ini menjadi langkah awal menuju terciptanya lulusan yang tidak hanya berilmu, tetapi juga berdampak bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

FAI UNIKARTA GELAR YUDISIUM Ke-38, LULUSKAN 60 SARJANA DAN JALIN KERJA SAMA BEASISWA DENGAN LAZ DPU KALTIM

FAI.UNIKARTA.AC.ID – Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) sukses menyelenggarakan acara Yudisium ke-38 Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dirangkai dengan penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) dan Implementing Arrangement (IA) bersama Lembaga Amil Zakat Dana Peduli Ummat (LAZ DPU) Provinsi Kalimantan Timur. Acara yang berlangsung khidmat ini dihelat di Aula Serbaguna Perpustakaan Daerah Kutai Kartanegara pada hari Kamis (14/8/2025). Kegiatan ini menjadi momentum istimewa yang menandai dua pencapaian penting: pelepasan 60 sarjana baru ke tengah masyarakat dan peresmian kerja sama strategis untuk membuka akses pendidikan tinggi yang lebih luas melalui program beasiswa. Hadir dalam acara tersebut jajaran pimpinan universitas dan yayasan, antara lain Ketua Yayasan Kutai Kartanegara Agus Setia Gunawan, S.Sos., M.Si., Wakil Rektor I Unikarta Dr. Sudirman, S.IP, M.Si dan Ketua Senat FAI Unikarta Budi Yusuf, S.Pd.I, M.Pd., Ketua LAZ DPU Kaltim Adiwijaya, S.Pd., beserta seluruh civitas akademika FAI Unikarta yang turut merayakan kelulusan para mahasiswanya.

Dekan FAI Unikarta, Dr. H. Mubarak, M.Pd.I. dalam sambutannya mengungkapkan rasa syukur dan bangga atas kelulusan 60 yudisiawan dan yudisiawati pada tahun ini. Beliau menyoroti pencapaian luar biasa dari angkatan 2021 yang menjadi kelompok terbesar dengan total 35 orang dan berhasil menyelesaikan studi dalam waktu 3 tahun 7 bulan. “Alhamdulillah, angkatan 2021 menjadi yang terbanyak dan berhasil lulus cepat. Ini sejalan dengan semangat Permendikbudristek No. 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi yang mendorong mahasiswa untuk lulus tepat waktu,” ujar Mubarak dalam sambutannya.  Selain angkatan 2021, yudisium kali ini juga meluluskan mahasiswa dari angkatan sebelumnya, dengan rincian 14 orang dari angkatan 2020, 4 orang dari angkatan 2019, dan 7 orang dari angkatan 2018. Para lulusan dari Program Studi PAI ini, sesuai dengan Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 33 Tahun 2016 tentang Pembidangan Ilmu di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, berhak menyandang gelar akademik Sarjana Pendidikan (S.Pd.). Mubarak berpesan agar para alumni dapat segera mengaplikasikan ilmunya dan memberikan kontribusi nyata di masyarakat, baik sebagai tenaga pendidik profesional maupun dalam profesi lainnya. “Harapan kami, Yudisiawan dan Yudisiawati tidak berhenti di jenjang S1. Kalau bisa, lanjutkan studi ke jenjang S2 untuk meningkatkan kapasitas diri dan daya saing,” tambahnya.

 

Momen yudisium kali ini juga menjadi saksi penandatanganan kerja sama penting antara FAI Unikarta dengan LAZ DPU Kaltim. Sinergi ini diwujudkan dalam bentuk program beasiswa yang ditujukan bagi calon mahasiswa baru Program Studi Ekonomi Syariah (ES). Dekan FAI Unikarta menjelaskan bahwa kerja sama ini berupa Memorandum of Agreement (MoA) dan Implementing Arrangement (IA) untuk teknis pelaksanaannya. Bentuk beasiswa yang ditawarkan sangat bervariasi untuk menjawab berbagai kebutuhan calon mahasiswa. “Ada skema beasiswa penuh (Full Cost/Full Scholarship), ada juga beasiswa stimulan berupa bantuan biaya awal kuliah dan uang pangkalnya (admission fee-tuition fee). Kami pada prinsipnya menerima bantuan ini, dan proses seleksi serta progresnya kami serahkan kepada pihak LAZ DPU,” terangnya.

Direktur LAZ DPU Kaltim, Adi Wijaya, S.Pd. menyambut baik kolaborasi ini. Ia menegaskan bahwa pendidikan adalah salah satu pilar utama program pendayagunaan dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS) di lembaganya. “Program pendidikan melalui beasiswa ini adalah amanah dan tanggung jawab kami untuk menyalurkan kepercayaan para donatur agar manfaatnya terasa tepat sasaran. Kerja sama dengan institusi pendidikan seperti Unikarta memastikan penyaluran ini berjalan efektif,” kata Adi Wijaya. Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa kerja sama ini bersifat dua arah. Selain beasiswa, mahasiswa FAI Unikarta juga diberi kesempatan untuk belajar dan aktif terlibat dalam dunia pengelolaan zakat melalui program-program yang ada di LAZ DPU.

Kerja sama antara FAI Unikarta dan LAZ DPU Kaltim dirancang untuk berkelanjutan dan berkembang lebih luas. Mubarak memaparkan bahwa kolaborasi ini tidak akan berhenti pada program beasiswa saja. “Ke depannya, kami akan meningkatkan kerja sama dalam kegiatan pengumpulan ZIS di lingkungan kampus, membangun inkubator bisnis bagi mahasiswa, hingga program pendayagunaan zakat produktif,” pungkasnya. “Bahkan, kami juga menjajaki kemungkinan untuk membuka unit layanan seperti Baitul Maal wat Tamwil (BMT) atau Bank Mini di kampus.”

 

Dengan adanya sinergi strategis ini, FAI Unikarta dan LAZ DPU Kaltim berharap dapat memberikan dampak yang lebih luas, tidak hanya dalam mencetak sumber daya manusia yang unggul di bidang ekonomi syariah, tetapi juga dalam menggerakkan roda pemberdayaan ekonomi umat secara nyata dan berkelanjutan. (Mbr01)

Tindak Lanjut MoU Unikarta dengan LAZ DPU Kaltim, FAI Siap Teken MoA dan Jalankan Program Bersama

Tenggarong, 8 Agustus 2025 – Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) terus memperluas jejaring kemitraan strategisnya. Setelah penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Unikarta dan Lembaga Amil Zakat Dana Peduli Ummat (LAZ DPU) Kalimantan Timur pada 8 Agustus 2025, rencana tindak lanjut kerja sama mulai digarap secara konkret.

Dalam waktu dekat, Fakultas Agama Islam (FAI) Unikarta akan melaksanakan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (MoA) dengan LAZ DPU Kaltim. Kerja sama ini akan difokuskan pada empat bidang utama, yakni:

  1. Pelaksanaan Program Pendidikan yang mencakup pelatihan, pembinaan, dan pengembangan kompetensi mahasiswa serta dosen.

  2. Penelitian yang berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keislaman, ekonomi syariah, dan pemberdayaan umat.

  3. Pengabdian kepada Masyarakat melalui kegiatan pemberdayaan dan pendampingan berbasis komunitas di wilayah Kutai Kartanegara dan sekitarnya.

  4. Program Kampus Berdampak yang mengintegrasikan potensi akademik dengan kegiatan sosial dan kemanusiaan, sehingga manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.

Dekan Fakultas Agama Islam Unikarta menyampaikan bahwa kerja sama ini diharapkan menjadi langkah strategis dalam mewujudkan visi kampus sebagai pusat pendidikan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kontribusi nyata bagi masyarakat.

“Sinergi dengan LAZ DPU Kaltim ini akan membuka ruang luas bagi mahasiswa dan dosen untuk mengimplementasikan ilmu yang dimiliki. Tidak hanya dalam kelas, tapi juga di lapangan, bersama masyarakat. Inilah yang kami maksud dengan Kampus Berdampak,” ujarnya.

Pihak LAZ DPU Kaltim pun menyambut positif rencana MoA ini. Menurut perwakilannya, kerja sama dengan perguruan tinggi seperti Unikarta akan memperkuat misi lembaga dalam mengoptimalkan pengelolaan zakat untuk kemaslahatan umat, terutama di sektor pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.

Dengan penandatanganan MoA yang direncanakan dalam waktu dekat, kedua pihak optimis program bersama dapat segera direalisasikan dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi civitas akademika serta masyarakat luas.

MAKASEH BUSU EDI: JEJAK KONTRIBUSI EDI DAMANSYAH UNTUK UNIKARTA

Oleh: H. Mubarak, S.Pd.I, M.Pd.I*

Acara serah terima memori jabatan yang bertajuk “Makaseh Busu Edi dan Emek untuk Masyarakat Kutai Kartanegara” pada 30 Juni 2025 di Halaman Masjid Agung Sultan Aji Muhammad Sulaiman, Tenggarong menjadi penanda berakhirnya masa bakti Edi Damansyah sebagai Bupati Kutai Kartanegara (Kukar). Momen ini tidak hanya menjadi ajang perpisahan, tetapi juga refleksi atas warisan kepemimpinan dan kontribusi yang telah ia berikan. Salah satu jejak paling signifikan dari pengabdian Edi Damansyah adalah perhatian dan dukungannya yang tak henti-hentinya terhadap almamaternya, Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta).

Rektor Unikarta Prof. Dr. Ir. Ince Raden, M.P. juga berkesempatan hadir dan memberikan bingkisan kenang-kenangan kepada Edi Damansyah. Masih terekam jelas dalam memorinya, ketika mata Edi Damansyah berkaca-kaca dan suaranya bergetar ketika mengatakan: “Tadi pagi, Subuh Saya meneteskan air mata karena masjid ini penuh dengan jamaahnya. … tapi tugas-tugas sosial kemasyarakatan itu tetap berlanjut dan tidak akan pernah berakhir. Saya terus bersama dengan para sahabat, Saya terus bersama dengan warga masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara.”.

Tulisan singkat ini mengulas figuritas, perjalanan karir, dan jejak kontribusi nyata Edi Damansyah, khususnya bagi kemajuan Unikarta.

Figuritas Edi Damansyah
Lahir di Desa Ngayau pada 2 Maret 1965, Edi Damansyah adalah putra daerah yang meniti pendidikannya dari tingkat dasar di kampung halaman hingga meraih gelar Sarjana dari Universitas Kutai Kartanegara pada tahun 1993. Kedekatannya dengan denyut nadi kehidupan masyarakat pedalaman, yang ditempa sejak kecil di tepi Sungai Kedang Rantau, membentuk karakternya sebagai pemimpin yang merakyat. Pendidikannya yang berlanjut hingga jenjang Magister di Universitas Mulawarman (lulus 2006) melengkapi pemahamannya yang mendalam tentang tantangan dan potensi daerah. Statusnya sebagai alumnus Unikarta menjadi fondasi kuat dari komitmen dan kepeduliannya yang mendalam terhadap kemajuan universitas berjuluk ‘Kampus Ungu’ tersebut.

Karir di Pemerintahan Daerah
Edi Damansyah memulai karirnya dari kalangan birokrat sebelum akhirnya terjun ke dunia politik. Ia menjabat sebagai Wakil Bupati Kutai Kartanegara mendampingi Rita Widyasari untuk periode 2016–2021. Pada 10 Oktober 2017, ia ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas Bupati, sebuah posisi yang kemudian mengantarkannya menjadi Bupati definitif pada 14 Februari 2019. Ia kembali menjabat sebagai Bupati untuk periode 2021–2025.

Selama kepemimpinannya, Edi Damansyah mengusung visi misi “Kukar Idaman” (Inovatif, Berdaya Saing, dan Mandiri). Visi ini diterjemahkan ke dalam berbagai program pembangunan yang menyentuh sektor sosial, budaya, dan keagamaan, seperti Kutai Kartanegara Kaya Festival (K3F) dan penguatan Gerakan Etam Mengaji (Gema) menjadi Peraturan Daerah.

Perjalanan karirnya sebagai kepala daerah berakhir setelah putusan Mahkamah Konstitusi pada 24 Februari 2025 yang mendiskualifikasinya sebagai Calon Bupati pada Pilkada 2024. MK berpendapat bahwa masa jabatannya sebagai Plt. Bupati yang lebih dari setengah periode harus dihitung sebagai satu masa jabatan penuh, sehingga ia tidak memenuhi syarat untuk pencalonan kembali. Meski demikian, kepemimpinannya diakui telah meletakkan fondasi pembangunan yang kuat, yang bahkan oleh penggantinya, Aulia Rahman Basri, disebut sebagai “software” dari pembangunan Kukar yang akan terus dilanjutkan.

Jejak Kontribusi untuk Unikarta
Sebagai Ketua Ikatan Alumni (IKA) Unikarta, kontribusi Edi Damansyah terhadap almamaternya jauh melampaui sekadar ikatan emosional. Ia secara aktif memanfaatkan posisinya di pemerintahan untuk membangun kolaborasi strategis antara pemerintah daerah, dunia usaha, dan universitas guna mendorong kemajuan Unikarta. Jejak kontribusinya terekam jelas dalam beberapa inisiatif kunci:

Pembangunan Infrastruktur Kampus
Edi Damansyah memainkan peran sentral dalam pembangunan Masjid Al-Hijrah di kompleks Unikarta yang diresmikan pada Desember 2023. Ia berhasil menggalang kolaborasi program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) dari berbagai perusahaan besar seperti PT MHU, PT Kutai Energi, dan lainnya. Selain itu, ia juga menyaksikan penandatanganan kerjasama antara VICO Indonesia dengan Unikarta pada tahun 2016 untuk renovasi dan pengadaan perlengkapan ruang kuliah.

Fasilitasi Beasiswa dan Peningkatan SDM
Salah satu warisan terbesarnya adalah upayanya dalam memfasilitasi dukungan pendanaan pendidikan. Pada Oktober 2022, ia menyaksikan penyerahan bantuan beasiswa senilai Rp 16,6 miliar dari Bayan Resources untuk mahasiswa Unikarta. Ia secara konsisten mendorong agar program CSR perusahaan dialokasikan untuk pendidikan, sejalan dengan program Pemkab “Kukar Siap Kerja” yang bertujuan menyiapkan SDM yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

Membangun Pola Kolaborasi
Dalam setiap kesempatan, Edi Damansyah menekankan pentingnya sinergi dan kolaborasi. Ia berprinsip bahwa pemerintah tidak bisa membangun daerah sendirian. Keyakinan ini ia wujudkan dengan aktif menjembatani Unikarta dengan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Kukar. Pola kolaborasi ini terbukti efektif dalam menghadirkan dukungan nyata bagi peningkatan fasilitas dan kualitas pendidikan di Unikarta.

Simpulan
Edi Damansyah adalah figur pemimpin yang lahir dari rahim rakyat dan tidak pernah melupakan almamater yang turut membentuknya. Meskipun karir politiknya di pemerintahan daerah harus berakhir karena ketetapan hukum, jejak kontribusinya untuk Universitas Kutai Kartanegara akan terus dikenang. Melalui perannya sebagai birokrat, kepala daerah, dan ketua alumni, ia telah menunjukkan bagaimana posisi strategis dapat dimanfaatkan untuk membangun kemitraan yang produktif demi kemajuan pendidikan.

Pembangunan masjid, fasilitasi renovasi ruang kuliah, hingga penggalangan dana beasiswa miliaran rupiah adalah bukti nyata dari komitmennya. Warisan Edi Damansyah untuk Unikarta bukanlah sekadar bantuan fisik, melainkan peletakan fondasi budaya kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan industri. Ungkapan “Makaseh Busu Edi” bukanlah salam perpisahan, tetapi sebuah pengakuan tulus atas dedikasi dan kontribusi seorang pemimpin untuk masa depan sumber daya manusia di Kutai Kartanegara melalui penguatan almamater tercintanya.

*) Dekan FAI Unikarta. Catatan: Tulisan ini tidak mewakili aspirasi politik atau kepentingan apapun. Hanya sekedar ucapan terimakasih terdalam untuk seorang senior dan sahabat yang bijaksana.

BUAT APA KULIAH?: PERNYATAAN DARI SI PINTAR YANG TERDENGAR DUNGU

Oleh: H. Mubarak, S.Pd.I, M.Pd.I*

 

Di tengah derasnya arus informasi di era digital, sebuah pertanyaan sinis namun populer sering kali terdengar: “Buat apa kuliah? Toh, semua ilmu bisa dipelajari dari internet.” Pernyataan ini yang sering kali dilontarkan oleh individu-individu cerdas yang otodidak, sepintas memang terdengar logis di permukaan. Mereka berargumen bahwa dengan adanya Google, YouTube, kursus daring, dan sumber daya tak terbatas lainnya, institusi pendidikan formal seperti universitas telah menjadi usang. Namun, pandangan ini, meski terkesan pintar, sejatinya merupakan sebuah simplifikasi (kalau bukan: meremehkan!) yang berbahaya dan menunjukkan kesalahpahaman mendasar tentang hakikat pendidikan tinggi. Anggapan bahwa kuliah hanyalah tentang transfer informasi adalah premis dungu yang mengabaikan esensi terpentingnya: pengasahan kompetensi akademik dan pengalaman pendidikan yang terstruktur. Alan Alexander Milne (seorang penulis asal Inggris) mengatakan “Bagi orang yang tidak berpendidikan, huruf A hanyalah sebuah tiga garis.” Pernyataan ini membuka mata kita bahwa tanpa pendidikan, dunia hanyalah kumpulan bentuk dan fenomena tanpa makna. Pendidikanlah yang mengubah persepsi kita, mengubah ‘tiga garis’ acak menjadi huruf ‘A’ sebuah simbol yang menjadi fondasi bahasa, sastra, dan penyebaran gagasan.

Kesalahan fatal dari argumen “semua ilmu bisa dipelajari dari internet” adalah menyamakan antara akses terhadap informasi dengan penguasaan pengetahuan. Internet adalah perpustakaan raksasa yang kacau, yang menyediakan jutaan kepingan puzzle tanpa memberikan gambaran utuh atau cara menyusunnya. Seseorang mungkin bisa menghafal fakta sejarah, rumus, atau teori dari video berdurasi sepuluh menit. Namun, ini hanyalah ilusi pengetahuan. Pendidikan di bangku kuliah, sebaliknya tidak hanya memberikan “apa”-nya, tetapi juga “bagaimana” dan “mengapa”-nya, yang berintikan proses. Proses ini disebut sebagai pengembangan kompetensi akademik. Kompetensi akademik adalah kemampuan untuk berpikir kritis, analitis, dan sistematis. Ini ditempa melalui kurikulum yang dirancang secara cermat, di mana satu mata kuliah menjadi fondasi bagi mata kuliah lainnya. Mahasiswa tidak hanya menerima informasi, tetapi dilatih untuk mempertanyakannya, mengujinya melalui metodologi ilmiah, dan membangun argumen yang kokoh berdasarkan bukti. Mereka belajar membedakan antara sumber yang kredibel dan hoaks, antara korelasi dan kausalitas, serta antara opini dan fakta yang terverifikasi. Kemampuan inilah (kemampuan untuk bernalar secara terstruktur) yang tidak akan pernah bisa digantikan oleh algoritma pencarian atau kursus daring yang bersifat satu arah.

Berikutnya, pandangan tersebut secara naif mengabaikan nilai ekosistem intelektual yang hanya bisa ditemukan di lingkungan kampus. Belajar bukanlah aktivitas soliter (menyendiri). Pertumbuhan intelektual yang paling subur justru terjadi melalui interaksi. Di ruang kelas, seorang mahasiswa dihadapkan pada dosen yang bukan hanya “mengajar”, tetapi juga membimbing, menantang, dan membuka cakrawala baru. Diskusi dengan sesama mahasiswa yang datang dari berbagai latar belakang dan memiliki sudut pandang berbeda adalah “gymnasium” bagi otak yaitu sarana untuk berlatih bersama. Perdebatan sengit tentang sebuah teori, berkolaborasi dalam proyek yang rumit, atau sekadar bertukar pikiran di kantin adalah bagian integral dari pendidikan yang membentuk pola pikir yang fleksibel dan terbuka. Lingkungan ini juga menyediakan akses terhadap sumber daya yang tak ternilai: laboratorium untuk eksperimen, perpustakaan dengan jurnal-jurnal ilmiah, studio praktikum untuk berkarya, serta kesempatan untuk terlibat dalam penelitian bersama para ahli di bidangnya. Pengalaman ini melampaui sekadar perolehan ijazah!. Ini adalah proses magang intelektual dimana seseorang belajar menjadi seorang profesional, seorang ilmuwan, atau seorang pemikir. Jaringan pertemanan dan profesional yang dibangun selama masa kuliah pun, menjadi modal sosial yang tak ternilai sepanjang hidup.

Kuliah adalah sebuah proses tempaan karakter dan disiplin. Tuntutan untuk memenuhi tenggat waktu tugas, tekanan dalam menghadapi ujian, keharusan untuk mengelola waktu antara belajar dan kegiatan non-akademik, bahkan pengalaman menghadapi kegagalan. Semua ini membangun ketahanan, tanggung jawab, dan etos kerja. Seseorang yang belajar secara mandiri mungkin memiliki disiplin diri, tetapi ia tidak diuji secara sistematis dalam lingkungan yang kompetitif dan terstruktur. Justru, dalam tekanan di bangku kuliah seseorang belajar tentang batas kemampuannya dan bagaimana cara melampauinya. Proses ini melahirkan kerendahan hati dan intelektual. Semakin banyak belajar, semakin sadar betapa banyaknya yang belum kita ketahui. Ini adalah penangkal dari jebakan “sok tahu” yang sering menghinggapi para “si pintar” nan otodidak.

Meremehkan pendidikan tinggi dengan dalih bahwa ilmu bisa diperoleh di mana saja adalah sebuah kekeliruan. Ya, bolehlah dikatakan informasi ada di mana-mana, tetapi kebijaksanaan, pemahaman mendalam, dan nalar kritis harus ditempa dan diasah. Kuliah bukanlah sekadar tentang mengumpulkan pengetahuan atau mendapatkan selembar ijazah untuk dipajang di dinding. Ia adalah sebuah investasi dalam membangun “arsitektur” pikiran kita. Ia adalah proses mengubah informasi menjadi pemahaman, mengubah pemahaman menjadi kompetensi, dan pada akhirnya, mengubah seorang individu yang pintar menjadi pribadi yang terdidik dan bijaksana. Pernyataan “buat apa kuliah?” bukanlah cerminan kecerdasan, melainkan sebuah pengakuan atas ketidakmampuan melihat perbedaan antara “sekadar tahu” dan “benar-benar paham”. Mengambil pemahaman dari mahfudzat (kalimat mutiara) yang dulu pernah saya pelajari di bangku pondok pesantren: “Man Lam Yadzuq Dzulla al-Ta’allum Saa’ah, Tajarra’a Dzulla al-Jahli Thula Hayaatih” yang artinya “Barangsiapa belum merasakan susahnya menuntut ilmu barang sejenak, ia akan merasakan hinanya kebodohan seumur hidupnya.” Ungkapan ini menegaskan bahwa kesulitan dalam menuntut ilmu adalah harga yang pantas untuk dibayar.

Di belakang Meja Pengabdian, Unikarta Tenggarong.

*) Penulis adalah Dekan FAI Unikarta Tenggarong

KHIDMAT DAN PENUH MAKNA, UNIKARTA GELAR SHOLAT IDUL ADHA 1446 H

FAI.UNIKARTA.AC.ID – Suasana khidmat dan penuh kekhusyukan menyelimuti Masjid Al-Hijrah di lingkungan Kampus Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) pada pelaksanaan Sholat Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah, Jumat (06/06/2025). Ratusan jamaah yang terdiri dari yayasan, pimpinan universitas, civitas academica, mahasiswa, dan masyarakat sekitar memadati masjid untuk bersama-sama menggemakan takbir dan menunaikan ibadah sunnah muakkadah tersebut.

Pelaksanaan sholat Idul Adha kali ini terasa istimewa dengan keterlibatan penuh dari unsur pimpinan dan mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI). Bertindak sebagai Imam dan Khatib adalah Dekan FAI, H. Mubarak, S.Pd.I, M.Pd.I. Sementara itu, bertindak sebagai Bilal adalah Permata Dewa, mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI).

Dalam sambutannya sebelum sholat dimulai, Rektor Unikarta Prof. Dr. Ir. Ince Raden, M.P. menyampaikan pesan mendalam tentang relevansi ibadah Qurban dalam konteks dunia pendidikan tinggi. Beliau mengajak seluruh jamaah untuk merefleksikan hikmah agung dari kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.

“Hikmah terbesar dari ibadah Qurban yang diajarkan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah tentang keikhlasan untuk berkorban, mendermakan jiwa dan raga semata-mata karena ketaatan kepada Allah SWT,” ujar Rektor.

Lebih lanjut, Rektor mengkontekstualisasikan makna pengorbanan tersebut ke dalam tugas dan pengabdian di lingkungan kampus. “Dalam konteks pengabdian di Perguruan Tinggi, semangat ini harus kita wujudkan dengan mendermakan bakti kita sebagai kaum terdidik untuk terus meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di daerah kita,” tegasnya.

Senada dengan itu, H. Mubarak, S.Pd.I, M.Pd.I dalam khutbahnya mengupas pelajaran fundamental mengenai kekuatan iman. Beliau menekankan bahwa salah satu esensi penting dari kisah Nabi Ibrahim adalah tentang prioritas iman di atas logika akal.

“Dalam beragama, ada kalanya kita perlu menempatkan kepasrahan total kepada Allah di atas logika. Sebagaimana kita lihat dalam hukum Islam yang mengenal konsep ta’aqquli (rasional) dan ta’abbudi (dogmatis atau berlandaskan kepatuhan murni),” jelas H. Mubarak.

Ia menjadikan perintah Allah untuk menyembelih Nabi Ismail sebagai contoh nyata dari konsep ta’abbudi. “Perintah penyembelihan putra Nabi Ibrahim AS adalah contoh nyata ta’abbudi, di mana beliau mengesampingkan rasionalitas dan rasa cinta seorang ayah demi menunjukkan ketaatan penuh kepada Sang Pencipta. Kualitas iman inilah yang mengantarkannya pada gelar Khalilullah (kekasih Allah), sebuah predikat mulia yang lahir dari kepasrahan total,” pungkasnya.

Sholat Idul Adha di Masjid Al-Hijrah dihadiri oleh Ketua YKK Agus Setia Gunawan, S.Sos., M.Si, para Guru Besar, jajaran Dekanat, para pejabat badan, lembaga, dan unit di lingkungan Unikarta, yang berbaur khusyuk bersama mahasiswa dan masyarakat umum. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ritual ibadah tahunan, tetapi juga momentum penting untuk mempererat tali silaturahmi dan meneguhkan kembali nilai-nilai pengorbanan, keikhlasan, dan ketaatan dalam menjalankan amanah, baik sebagai hamba Allah maupun sebagai insan akademis. (Mbr01)

LAZ DPU KALTIM DAN UNIKARTA KERJASAMA DALAM BIDANG PENDIDIKAN

FAIUNIKARTA.AC.ID – Lembaga Amil Zakat Dana Peduli Umat Kalimantan Timur (LAZ DPU Kaltim) dan Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) telah resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk menjalin kerjasama di bidang pendidikan. Kerjasama ini difokuskan pada program pemberian beasiswa bagi mahasiswa Unikarta, khususnya bagi mereka yang tidak mampu, agar dapat melanjutkan pendidikan dan meraih prestasi yang lebih baik.

Dalam acara Wisuda Pascasarjana ke-25 dan Sarjana ke-41 di Gedung Beladiri Dispora Kompleks Stadion Aji Imbut, Tenggarong (31/05), Direktur LAZ DPU Kaltim, Adi Wijaya, S.Pd selaku Alumni FAI Unikarta, menyampaikan bahwa program beasiswa ini merupakan salah satu pilar penting dalam pemberdayaan zakat, infaq, dan sedekah yang dihimpun dari para muzakki dan donatur. “Kami mengucapkan terima kasih kepada semua donatur yang telah memberikan kepercayaan kepada lembaga kami untuk mengelola zakat, infaq, dan sedekah. Program ini adalah bentuk tanggung jawab kami untuk memastikan bahwa manfaat dari donasi ZIS bisa langsung dirasakan oleh masyarakat, terutama oleh mahasiswa yang merupakan masa depan bangsa,” ungkap Adi Wijaya.

Terpisah, Rektor Universitas Kutai Kartanegara, Prof. Dr. Ir. Ince Raden, M.P., juga memberikan tanggapan positif terhadap kerjasama ini. Dalam wawancara terpisah, beliau menyatakan bahwa kerjasama dengan LAZ DPU Kaltim merupakan salah satu wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. “Kami berharap dengan adanya program ini, banyak mahasiswa yang dapat terbantu dan merasakan manfaatnya dalam jangka waktu yang lama. Ini adalah langkah nyata untuk mendukung pendidikan yang berkualitas bagi semua lapisan masyarakat,” tambah Prof. Ince.

Acara penandatanganan Nota Kesepahaman ini diharapkan dapat menjadi awal yang baik untuk meningkatkan akses pendidikan bagi mahasiswa tidak mampu di Kutai Kartanegara. Dengan adanya dukungan dari LAZ DPU Kaltim, diharapkan semakin banyak mahasiswa yang dapat menyelesaikan studi mereka dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

Kerjasama ini juga menjadi momentum bagi kedua institusi untuk terus berkolaborasi dalam berbagai program lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah Kutai Kartanegara. Diharapkan, program beasiswa ini dapat menjadi contoh bagi lembaga-lembaga lain untuk berkontribusi dalam dunia pendidikan, sehingga lebih banyak generasi penerus bangsa yang mendapatkan kesempatan untuk belajar dan berkembang. (Mbr01)